MEMBANGUN RUMAH TANGGA
Nasehat (1): Memilih Isteri yang Tepat
Nasehat (2): Upaya Membentuk (Memperbaiki) isteri
Nasehat (1): Memilih Isteri yang Tepat
Nasehat (2): Upaya Membentuk (Memperbaiki) isteri
ASPEK KEIMANAN DI RUMAH
Nasehat (3): Jadikanlah Rumah sebagai Tempat Dzikrullah (Mengingat Allah)
Nasehat (4):Jadikan Rumahmu Sebagai Kiblat
Nasehat (5): Pendidikan Keimanan untuk Anggota Keluarga
Nasehat (6): Perhatian pada Do'a-do'a yang Disyariatkan dan Sunnah-sunnah yang Berkaitan dengan Rumah
Nasehat (7): Rutin Membaca Surat Al-Baqarah di Rumah untuk Mengusir Setan
Nasehat (3): Jadikanlah Rumah sebagai Tempat Dzikrullah (Mengingat Allah)
Nasehat (4):Jadikan Rumahmu Sebagai Kiblat
Nasehat (5): Pendidikan Keimanan untuk Anggota Keluarga
Nasehat (6): Perhatian pada Do'a-do'a yang Disyariatkan dan Sunnah-sunnah yang Berkaitan dengan Rumah
Nasehat (7): Rutin Membaca Surat Al-Baqarah di Rumah untuk Mengusir Setan
ILMU AGAMA DI RUMAH
Nasehat (8): Pengajaran Anggota Keluarga
Nasehat (9): Buatlah Perpustakaan di Rumahmu
Nasehat (10): Perpustakaan Kaset di Rumah
Nasehat (11): Mengundang Orang-orang Shalih, Ulama dan para Penuntut Ilmu ke Rumah
Nasehat (12): Belajar Hukum-hukum Syariat tentang Rumah
Nasehat (8): Pengajaran Anggota Keluarga
Nasehat (9): Buatlah Perpustakaan di Rumahmu
Nasehat (10): Perpustakaan Kaset di Rumah
Nasehat (11): Mengundang Orang-orang Shalih, Ulama dan para Penuntut Ilmu ke Rumah
Nasehat (12): Belajar Hukum-hukum Syariat tentang Rumah
ASPEK SOSIAL Dl RUMAH
Nasehat (13): Memberi Kesempatan untuk Mendiskusikan Persoalan-persoalan Keluarga
Nasehat (14): Tidak Menampakkan Konflik Keluarga di depan Anak-anak
Nasehat (15): Tidak Membolehkan Masuk Rumah kepada Orang yang Tidak Baik Agamanya
Peringatan :Usahakan Semampu Mungkin untuk Lebih Banyak Berada di Rumah
Nasehat (16): Teliti dalam Mengamati Keadaan Anggota Keluarga
Nasehat (17): Perhatian terhadap Anak-anak di Rumah
Nasehat (18): Mengatur Waktu Tidur dan Makan
Nasehat (19): Meluruskan Pekerjaan Wanita di Luar Rumah
Nasehat (20): Menjaga Rahasia Rumah Tangga
Nasehat (13): Memberi Kesempatan untuk Mendiskusikan Persoalan-persoalan Keluarga
Nasehat (14): Tidak Menampakkan Konflik Keluarga di depan Anak-anak
Nasehat (15): Tidak Membolehkan Masuk Rumah kepada Orang yang Tidak Baik Agamanya
Peringatan :Usahakan Semampu Mungkin untuk Lebih Banyak Berada di Rumah
Nasehat (16): Teliti dalam Mengamati Keadaan Anggota Keluarga
Nasehat (17): Perhatian terhadap Anak-anak di Rumah
Nasehat (18): Mengatur Waktu Tidur dan Makan
Nasehat (19): Meluruskan Pekerjaan Wanita di Luar Rumah
Nasehat (20): Menjaga Rahasia Rumah Tangga
BEBERAPA AKHLAK DI RUMAH
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik (Keramahan) di Rumah
Nasehat (22): Membantu Anggota Keluarga dalam Pekerjaan Rumah
Nasehat (23): Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga
Nasehat (24): Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah
Nasehat (25): Gantungkanlah Cambuk shg Bisa Dilihat oleh Anggota Keluarga
Nasehat (21): Mentradisikan Pergaulan yang Baik (Keramahan) di Rumah
Nasehat (22): Membantu Anggota Keluarga dalam Pekerjaan Rumah
Nasehat (23): Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga
Nasehat (24): Menyingkirkan Akhlak Buruk di Rumah
Nasehat (25): Gantungkanlah Cambuk shg Bisa Dilihat oleh Anggota Keluarga
KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM RUMAH
Nasehat (26): Waspada terhadap Masuknya Kerabat yang Bukan Mahram kepada Isteri yang Ada di Rumah ketika Suami sedang Tiada
Nasehat (27): Memisahkan antara Laki-laki dengan Wanita dalam Acara Kunjungan Silaturahim Keluarga
Nasehat (28): Waspada terhadap Bahaya Sopir dan Pembantu di Rumah
Nasehat (29): Keluarkanlah Orang yang Bersikap Kebanci-bancian dari Rumahmu
Nasehat (30): Waspadalah-terhadap Bahaya Film
Nasehat (31): Berhati-hati dari Kejahatan Telepon
Nasehat (32): Wajib Menghilangkan setiap Identitas –Apapun Bentuknya - Agama Batil Orang-orang Kafir, Termasuk Sesembahan dan Tuhan Mereka
Nasehat (33): Menghilangkan Gambar-gambar Makhluk Bernyawa
Nasehat (34): Laranglah Merokok di Rumahmu
Nasehat (35): Jangan Memelihara Anjing di Rumah
Nasehat (36): Menjauhi dari Menghias Rumah dengan Aneka Warna (Berlebih-lebihan)
Nasehat (26): Waspada terhadap Masuknya Kerabat yang Bukan Mahram kepada Isteri yang Ada di Rumah ketika Suami sedang Tiada
Nasehat (27): Memisahkan antara Laki-laki dengan Wanita dalam Acara Kunjungan Silaturahim Keluarga
Nasehat (28): Waspada terhadap Bahaya Sopir dan Pembantu di Rumah
Nasehat (29): Keluarkanlah Orang yang Bersikap Kebanci-bancian dari Rumahmu
Nasehat (30): Waspadalah-terhadap Bahaya Film
Nasehat (31): Berhati-hati dari Kejahatan Telepon
Nasehat (32): Wajib Menghilangkan setiap Identitas –Apapun Bentuknya - Agama Batil Orang-orang Kafir, Termasuk Sesembahan dan Tuhan Mereka
Nasehat (33): Menghilangkan Gambar-gambar Makhluk Bernyawa
Nasehat (34): Laranglah Merokok di Rumahmu
Nasehat (35): Jangan Memelihara Anjing di Rumah
Nasehat (36): Menjauhi dari Menghias Rumah dengan Aneka Warna (Berlebih-lebihan)
RUMAH DIPANDANG DARI DALAM DAN DARI LUAR
Nasehat (37) : Memilih Lokasi dan Desain Rumah Yang Tepat
Nasehat (38): Memilih Tetangga sebelum Memilih Rumah
Nasehat (39): Memperhatikan Perbaikan yang Perlu Serta Menyediakan Sarana Kenyamanan
Nasehat (40): Memperhatikan Kesehatan Anggota Keluarga dan Pengobatannya
Nasehat (37) : Memilih Lokasi dan Desain Rumah Yang Tepat
Nasehat (38): Memilih Tetangga sebelum Memilih Rumah
Nasehat (39): Memperhatikan Perbaikan yang Perlu Serta Menyediakan Sarana Kenyamanan
Nasehat (40): Memperhatikan Kesehatan Anggota Keluarga dan Pengobatannya
- Menjaga diri dan keluarga dari api Neraka jahannam dan selamat dari siksa yang menyala-nyala.
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan".(At-Tahrim : 6)
- Besarnya tanggung jawab yang dibebankan terhadap pemimpin rumah di hadapan Allah pada hari perhitungan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah Ta'ala akan meminta pertanggung jawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya".
Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An-Nasa'i dalam Isyratun Nisaa', hadits no 292 dan Ibnu Hibban dari Anas dalam Shahihul Jami' , no.1775; As-Silsilah Ash- Shahihah no.1636.
- Sesungguhnya sebagian besar manusia menggunakan waktunya di dalam rumah, terutama pada musim panas dan dingin yang menyengat, pada musim hujan, permulaan dan akhir siang, ketika selesai dari kerja atau sekolah, karena waktu-waktu tersebut semestinya digunakan dalam ketaatan, jika tidak tentu akan habis untuk melakukan hal-hal yang dilarang.
- Ini yang terpenting, bahwa perhatian terhadap rumah merupakan sarana yang paling besar untuk membangun masyarakat muslim. Karena sebuah masyarakat ini terdiri dari rumah-rumah. Rumah-rumah adalah unsur dasar suatu masyarakat. Rumah-rumah itu membentuk suatu perkampungan dan perkampungan-perkampungan itu adalah masyarakat. Jika unsur dasarnya baik, niscaya akan kuatlah masyarakat kita dengan hukum-hukum Allah, tegar dalam menghadapi musuh-musuh Allah, memancarkan kebaikan dan tidak menimbulkan kejahatan.
- Memperhatikan dan meluruskan berbagai macam ibadahnya kepada Allah Ta'ala. Kupasan dalam masalah ini ada dalam pembahasan berikutnya.
- Upaya meningkatkan keimanannya, misalnya:
- Menganjurkannya bangun malam untuk shalat tahajjud
- Membaca Al Qur'anul Karim.
- Menghafalkan dzikir dan do'a pada waktu dan kesempatan tertentu.
- Menganjurkannya melakukan banyak sedekah.
- Membaca buku-buku Islami yang bermanfaat.
- Mendengar rekaman kaset yang bermanfaat, baik dalam soal keimanan maupun ilmiah dan terus mengupayakan tambahan koleksi kaset yang sejenis.
- Memilihkan teman-teman wanita shalihah baginya sehingga bisa menjalin ukhuwah yang kuat, saling bertukar pikiran dalam masalah-masalah agama serta saling mengunjungi untuk tujuan yang baik.
- Menjauhkannya dari segala keburukan dan pintu-pintunya. Misalnya dengan menjauhkannya dari
- Tafsir Al-Allamah Ibnu Sa'di, yaitu Tafsir Taisirul Karim Ar-Rahman fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan. Terdiri dari tujuh jilid, sajian dan bahasannya mudah. Tafsir ini bisa ditelaah dan dibaca per surat atau semampunya dalam tiap kali pertemuan.
- Riyaadhus Shaalihiin dengan komentar dan keterangan serta pelajaran yang bisa diambil dari tiap hadits. Dalam hal ini bisa merujuk pada kitab Nuzhatul Muttaqiin.
- Husnul Uswah Bimaa Tsabata Anillaahi Waraasuulihi Fin Niswah, karya Shiddiq Hasan Khan.
- Penceramah itu harus berada diatas aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, setia kepada sunnah dan meninggalkan bid'ah.
- Hendaknya ia bersandarkan pada hadits-hadits shahih dan menghindari hadits-hadits dha'if dan palsu.
- Hendaknya ia jeli dan peka dengan kondisi sosial masyarakat serta apa yang mereka alami. Ia harus bisa meletakkan obat tepat pada penyakit. Menyampaikan kepada manusia apa yang bermanfaat dan sangat mereka butuhkan.
- Hendaknya ia berani menyampaikan kebenaran sesuai dengan kemampuannya dan tidak berbicara dengan batil.
- Pengawasan itu hendaknya dengan diam-diam.
- Tidak untuk menakut-nakuti.
- Agar anak-anak tidak merasa kehilangan kepercayaan diri.
- Dalam menasehati dan memberi hukuman hendaknya memperhatikan umur, pengetahuan dan tingkat kesalahan yang mereka lakukan.
- Hati-hatilah untuk melakukan penelitian mendalam dan sensus jiwa.
- Hafalan Al-Qur'an dan kisah-kisah Islami.
Betapa indah manakala sang ayah mengumpulkan anak-anaknya untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat Al-Qur'an dengan sedikit keterangan, lalu memberikan hadiah-hadiah bagi yang bisa menghafalkannya. Seorang anak yang masih kecil bisa juga telah hafal surat Al-Kahfi karena ayahnya selalu mengulang-ulang bacaan ayat tersebut setiap kali hari Jum'at. Demikian pula dengan mengajari anak-anak dasar-dasar akidah Islam seperti yang termuat dalam hadits:
"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu".
Dan mengajari mereka adab (akhlak) serta do'a-do'a. Seperti do'a makan, tidur, bersin, juga membiasakan salam dan minta izin.
Termasuk yang amat menarik dan berpengaruh besar terhadap anak adalah dengan menceritakan dan memperdengarkan kepada mereka kisah-kisah Islami.
Diantara kisah-kisah itu adalah kisah Nabi Nuh alaihis salam dan banjir topan, kisah Nabi Ibrahim alaihis salam dalam menghancurkan patung-patung lalu pelemparan Nabi lbrahim alaihis salam ke dalam api, kisah Nabi Musa dan selamatnya dari Fir'aun yang kemudian ia tenggelam dalam lautan, kisah Nabi Yunus alaihis salam dalam perut ikan, kisah singkat Nabi Yusuf alaihis salam dan perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti diutusnya beliau sebagai rasul dan kisah hijrah, petikan peperangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti perang Badar dan Khandaq dan yang lain seperti kisah beliau dengan laki-laki dan unta yang menjadikannya lapar dan bersusah payah.
Juga kisah orang-orang shalih, seperti kisah Umar bin Khathab radhiyallah 'anhu dengan seorang ibu bersama anak-anaknya yang kelaparan di dalam kemah, kisah para penggali parit (Ashaabul Ukhduud), kisah pemilik-pemilik kebun dalam surat Nun, dan tiga orang yang tersekap di dalam gua dan sebagainya.
Semua hal di atas hendaknya diringkas dan disederhanakan dengan beberapa komentar dan pengambilan ibrah (pelajaran), kita tidak membutuhkan cerita-cerita yang bermacam-macam yang menyimpang dari aqidah dan penuh khurafat atau yang menakutkan (horor) sehingga merusak jiwa anak karena mewariskan rasa takut dan pengecut.
- Hati-hati terhadap keluarnya anak-anak bersama teman jalanan (yang semaunya).
Akibatnya anak-anak akan pulang ke rumah dengan membawa ucapan dan akhlak yang tercela. Sebaiknya teman-teman mereka dipilihkan dari anak-anak kerabat dan tetangga lalu mereka dipanggil ke rumah sehingga bermain di dalam rumah.
- Perhatian terhadap mainan anak-anak yang menghibur dan mendidik.
Hendaknya disediakan ruangan untuk anak-anak bermain. Baik juga jika ada lemari khusus sehingga anak-anak bisa menertibkan mainan mereka di dalam lemari tersebut. Hendaknya dihindari beberapa permainan yang bertentangan dengan syariat, seperti: alat-alat musik, yang bertanda gambar salib, atau permainan dadu.
Akan lebih baik jika dipenuhi sarana yang menunjang ketrampilan bagi anak-anak remaja seperti pertukangan, elektronika, mekanika dan beberapa permainan (games) komputer yang dibolehkan. Tetapi dalam hal ini, kita mengingatkan bahaya program komputer yang bisa menampilkan gambar wanita-wanita perusak, juga permainan yang di dalamnya terdapat gambar salib, bahkan sebagian mengatakan, salah satu game komputer berbentuk permainan judi. Demikian juga ada game yang menampilkan empat gadis di layar monitor. Orang yang memainkan game ini harus memilih salah satu di antara empat gambar tersebut yang kesemuanya hampir mirip. Jika menang dalam game ini, pemain akan diberi pertanda hadiah dengan keluarnya gadis yang paling seronok dan porno, na'udzubillah.
- Memisahkan antara anak laki-laki dengan anak perempuan dalam tidur.
Inilah perbedaan cara menertibkan rumah antara orang yang taat beragama dengan orang yang sama sekali tidak memperhatikan persoalan agama.
- Bercanda dan menyayangi.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencandai anak-anak, mengusap kepala mereka dan memanggil mereka dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan oleh-oleh pertama kali kepada anak yang paling kecil, terkadang sebagian dari anak-anak itu menaiki Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
Di bawah ini adalah dua contoh canda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Hasan dan Husain.
Dari Abu Hurairah radhiyallah 'anhu ia berkata:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjulurkan lidahnya kepada Hasan bin Ali maka anak itu melihat merahnya lidah beliau sehingga ta'ajub dan menarik minatnya lalu ia segera menghampiri beliau".
Dari Ya'la bin Murrah ia berkata:
"Kami keluar bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu kami diundang untuk makan. Tiba-tiba Husain sedang bermain di jalan maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam segera (menghampirinya) di hadapan banyak orang. Beliau membentangkan kedua tangannya lalu anak itu lari ke sana kemari sehingga membuat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tertawa sampai beliau (berhasil) memegangnya lalu beliau letakkan salah satu tangannya di bawah dagu anak tersebut dan yang lain di tengah-tengah kepalanya kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menciumnya".
- Timbulnya berbagai bentuk kemungkaran, seperti ikhtilath (percampuran antara laki-laki dan perempuan tanpa hijab), yang berakibat saling berkenalan lalu melakukan khalwat (berduaan), menggunakan wewangian untuk menarik lelaki, memperlihatkan perhiasan kepada mereka, yang pada akhirnya bisa berlanjut jauh hingga pada perzinaan.
- Tidak memberikan hak suami, meremehkan persoalan rumah dan melalaikan hak-hak anak (dan ini adalah tema kita yang sebenarnya).
- Berkurangnya makna hakiki dari perasaan kepemimpinan laki-laki atas jiwa sebagian wanita. Cobalah renungkan, seorang wanita yang membawa ijazah sama seperti ijazah suaminya bahkan terkadang ijazahnya lebih tinggi dari ijazah suaminya (padahal ini tidak tercela), lalu dia bekerja dengan gaji yang terkadang lebih tinggi dari gaji suaminya. Apakah wanita seperti ini akan merasa perlu sepenuhnya kepada sang suami dan akan mentaatinya dengan sempurna? Ataukah perasaan tidak butuh menyebabkan kemelut goncangnya bangunan rumah tangga secara mendasar?. Kecuali wanita yang dikehendaki baik oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikianlah, persoalan nafkah atas isteri yang bekerja serta nafkah kepada keluarga tidak akan berakhir.
- Menambah beban fisik, tekanan jiwa dan saraf yang tidak sesuai dengan kodrat wanita.
- Tidak menyebarkan rahasia hubungan intim suami isteri.
- Tidak membawa keluar percekcokan suami isteri.
- Tidak membuka kepada umum rahasia dan kekhususan apapun, hal yang apabila tampak akan membahayakan rumah tangga atau salah satu anggota keluarga.
- Meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .
- Kita ikut membantu keluarga.
- Kita merasa rendah hati dan tidak takabbur (sombong).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Janganlah kalian meninggalkan api di rumah kalian saat kalian sedang tidur".
"Janganlah kalian meninggalkan api di rumah kalian saat kalian sedang tidur".