Minggu, 03 Juli 2011

kisah teladan


Naseem al Ja'bari

Pendidikan Rendah Tak Menghalanginya Menjadi Pahlawan Kebanggaan
"Saat aku melihat fotonya aku merasa seakan dia berbicara dan memanggilku. Aku merasa bahwa matanya mengandung banyak kata yang penuh banjir perasaan dan sensitivitas. Demi Allah, sekiranya Allah mentaqdirkan dia kembali kepadaku pastilah aku peluk, aku cium dan aku katakan kepadanya saya bangga denganmu wahai Naseem, karena engkau telah mengangkat kepadaku tinggi-tinggi."
Kalimat tersebut diungkapkan ibunda pahlawan kita ini, Naseem al Ja'bari, pelaku aksi syahid kembar di Beer Sheba, Rabu (01/09/2004) lalu. "Saat itu dia sedang mogok makan memasuki hari yang keenam belas sebagai wujud solidaritas terhadap para tawanan Palestina," imbuh sang ibu. Menurut sang ibu, saat ditanya hendak pergi ke mana, kala itu Naseem menjawab bahwa dia pergi turut dalam pesta pernikahan dan dia pun memakai baju baru.
Itulah pahlawan kita kali ini, nama lengkapnya Naseem Muhammad Ali al Ja'bari. Lahir pada 15 April 1982 di dekat permukiman Yahudi Kharshina yang baru dibangun beberapa waktu setelah tanggal kelahirannya. Dia mulai membuka matanya saat terjadi konflik berkelanjutan antara orang-orang Palestina yang terisolasi dengan pasukan militer Israel dan pemukim-pemukim Yahudi yang terus melakukan pengusiran orang-orang Palestina dari tanah mereka.
Pahlawan kita ini menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah pertama di sekolah Beer Sheba, hanya sampai di kelas satu. Kemudian dia putus sekolah dan mulai bekerja sebagai pekerja bangunan untuk membantu kehidupan keluarga yang kondisi ekonominya sangat sulit.
Ibunda Naseem menuturkan, "Naseem sangat lemah kemampuan bacanya. Karena keinginannya yang sangat untuk mahir membaca al Qur'an akhirnya dia ikut belajar dalam sebuah program pemberantasan buta huruf agar dapat mahir membaca."
Ummu Naeem, ibunda Naseem, menambahkan bahwa anaknya dikenal telah memiliki kematangan sedari dini. Anaknya sangat periang dan tertutup sekali dalam menjaga rahasia. Untuk itu, dirinya merasa terkejut bahwa anaknya adalah pelaku aksi syahid, sebagaimana kebanyakan orang, meski ini adalah keberanian yang memang sesuai dengan kematangan dini pada anaknya.
Ummu Naeem mengatakan, Naseem adalah pemuda yang religius dan pemberani. Biasa menghidupkan malam lailatul qadar di masjid al Aqsha setiap tahun. "Naseem dan Ahmad Qawasimi adalah dua sahabat yang tidak pernah berpisah selama menghabiskan waktunya di masjid al Aqsha," kenang Ummu Naeem tentang kedua pelaku aksi syahid di Beer Sheba (01/09/2004 lalu itu.
Setiap hari Jum'at, kenang Ummu Naeem, Naseem selalu pergi ke ke Hebron dan ketika ditanya kendak kemana dia selalu menjawab mau pergi ke pasar kambing untuk berdagang kambing di sana. Agar aku mempercayai ucapannya itu dia membeli seekor kambing dan dibawa ke rumah.
Menurut Ummu Naeem, dirinya tidak melihat ada gerak-gerik yang aneh pada putrany kecuali beberapa hari terakhir, dia melihat Naseem memperbanyak shalat dan doa, bahkan memperpanjang shalatnya seakan itu adalah shalat terakhir.
Dalam pengamatan Ummu Naeem, anaknya selalu menghadapi masalah dengan seyum dan menganggap enteng segala ujuan smapai-sampai kami menganggap dia meremehkan kami.
Siapapun yang mengenal Naseem dan ayaknya pasti menghormati keduanya, dan dengan tabiat keduanya itu adalah layak untuk mendapat kehormatan dari Allahsubhanahu wa ta'ala dengan derajat yang tinggi ini. Belum lagi karamah lain berupa keberhasilan aksi syahid yang mengagumkan ini.
Ummu Naeem berkata, dia benar-benar pahlawan yang tidak kenal marabahaya. Kala itu (malam sebelum aksi serangan syahid) dia keluar dari rumah meskipun daerah tempat tinggalnya penuh dengan pasukan Israel dan para pemukim Yahudi. "Saya melarangnya dan mengingatkan agar tidak keluar. Namun dia berkata kepada saya kalau dia berada di masjid. Saat aku katakan, pada jam segini wahai Naseem? Dia menjawab, ya, orang-orang masih beribadah di masjid hingga sekarang."
"Paginya dia pulang dan tidur di rumah. Ketika saya bangun pagi untuk shalat subuh saya pergi kepadanya untuk mengingatkan shalat subuh. Namun saya dia sudah bangun dan shalat lebih dulu dari saya. Saya melihat ada kertas-kertas kecil dirobek-robek dan saya tidak terlalu menaruh perhatian pada kertas tersebut, kecuali setelah saya tahun bahwa dia adalah pelaku aksi syahid, kenang Ummu Naeem.
Hari itu Naseem pergi mengenakan pakaian paling bagus dan baru. Ketika ditanya sang ibu dia hanya menjawab ingin turut dalam pesta pernikahan sahabat yang paling dia kagumi.
Hari itu Naseem berangkat dari rumah pagi-pagi sekali. Sebelum berangkat dia sempat memberi uang 800 Shekal kepada ibunya dan berkata, "Simpanlah ini untukku." Ketika dia memberikan uang itu, sang ibu merasa sangat sedih. Bahkan saya menangis 6 kali dalam sehari itu tanpa aku tahu apa sebabnya. Dan begitu dikabarkan aksi syahid yang dilakukan Naseem, saya membeli korma, penganan dan manisan dengan uang yang dia berikan untuk dibagikan kepada mereka yang ta'ziyah."
Setelah pihak penjajah zionis Israel mengatahu pelaku aksi syahid Beer Sheba adalah anaknya, ungkap Ummu Naeem, pada malam harinya pasukan penjajah zionis Israel mendatangi rumahnya. Ketika mereka melihat rumah kami sudah rusak mereka tidak jadi menghancurkannya namun datang dengan membawa linggis dan ganco seraya menghancurkan tembok dan seluruh perabotan yang ada di dalam rumah. Menurut Ummu Naeem, keluarganya tidak mungkin lagi membangun rumah baru karena penjajah zionis Israel melarang pendirian bangunan di daerah tersebut dan menghancurkan semau bangunan baru karena berada dekat dengan permukiman Yahudi Kharshinadan Kariyat Arba'.
Meski keluarga Ja'bari adalah keluarga yang berakar di kota Hebron, dan meski juga adanya puluhan anak-anaknya menjadi pemimpin gerakan Hamas dan pejuang-pejuang yang sampai kini mendekam di dalam sel-sel penjara teroris zionis Israel, namun Naseem adalah pelaku syahid kedua dalam keluarga ini.
Sebelumnya, Mujahid Ja'bari telah melakukan aksi syahid di kota Jerusalem tepatnya di kampung Elram pada tanggal 18 Mei 2003 lalu. Pihak penjajah zionis Israel mengakui aksi ini mengakibatkan 7 orang zionis Israel tewas.
Tak seorang pun mengingkari betapa kebahagiaan menyelimuti keluarga ini, saat Naseem bersama Ahmad Qawasimi berhasil melakukan aksi balasan, setelah keterlambatan taktik serangan balasan atas pembunuhan dua pemimpin Hamas Syaikh Ahmad Yasin dan Dr. Abdul Aziz Rantisi, yang mundur hingga 5 bulan lamanya.
Dengan keberhasilan aksi Beer Sheba, para petinggi intelijen zionis Israel mengakui bahwa mereka telah gagal memburu gerakan Hamas dan menghabisi hingga ke akar-akarnya dan infrastruktur gerakan. Meskipun mereka telah menangkap sebagian besar aktivis dan para pemimpin politiknya, serta membunuh sebagian besar pemimpin militer mereka di antaranya adalah Abdullah Qawasimi yang dihabisi zionis Israel pada Juni 2003 lalu. Zionis Israel mengakui bahwa Qawasimi telah berhasil membina sel militer yang tangguh di kota Hebron, yang memiliki kemampuan tangguh untuk melanjutkan aktivitas dan gerakan meski mengalami gempuran-gempuran telak dari pihak zionis Israel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar