Minggu, 03 Juli 2011

kisah teladan


ASYSYAHID  Amjad Al Fayed
Jenius otomotif,  arsitek  bom dan granat tangan perang Jenin 2002
hapuslah air matamu

kepuasanku bukan pada kesedihanmu yang membuncah

inilah jalanku

jika kau benar-benar mencintaiku

panggullah senjataku

Dengan kata-kata inilah “insinyur” Brigade Al Qassam, Amjad Husain El Fayed menghiasi pesannya sebelum menemui syahidnya; wasiat yang bisa dibaca oleh siapa saja yang melintas lewat dekat rumahnya yang terletak di kamp pengungsi Jenin, di kampung As Samran. Siapapun yang lewat di jalan tersebut dan membacanya pasti akan tetap ingat perjalanan hidup sang insinyur Brigade Al Qassam ini, pahlawan jihad Palestina yang syahid dalam perang mempertahankan kemuliaan dunia Arab dan Islam di kamp pengungsi Jenin pada 11 April 2002.

Asy Syahid El Fayed berasal dari desa Zar'in yang terletak di sebelah utara kota Jenin dan berada di bumi Palestina yang terampas tahun 1948, sebelum keluarganya diusir secara paksa oleh imperialis Israel ke kamp pengungsi Jenin, untuk melihat cahaya di sana sebelum 31 tahun pada tahun 1971. di Jenin, dia menyaksikan kehidupan para pengungsi yang diusir dari kampung halamannya; tidak jauh berbeda keadaannya dengan dirinya. Merasakan pahitnya hidup dan tekanan orang-orang yang punya tangan. Sementara itu, pada saat yang sama, anak cucu dajjal Zionis  yang datang dari penjuru dunia dan pelosok pedalaman Afrika bersenang-senang di bumi Palestina dengan segala fasilitas yang dimiliki oleh bapak moyang mereka. Terpaksa dia harus keluar dan berhenti dari studinya sekalipun dia seorang yang berlian, orang nomer satu di tempatnya belajar. Tapi tekanan orang-orang yang punya tangan dan kesulitan orang tuanya karena harus membiayai 14 orang saudaranya. Dia harus meninggalkan studi untuk membatu pendidikan saudara-saudaranya dan meringankan beban ayahnya – yang sangat tidak setuju dengan pemikirannya –, menggadaikan hidupnya untuk membantu keluarga saudara dan dakwahnya, menjauhkan diri dari kenikmatan dunia untuk menggapai kenikmatan akhirat. Dia adalah jaminan bagi keluarganya, bahkan semua yang ia miliki diperuntukkan bagi saudara-saudaranya sekalipun dia sendiri membutuhkan.

Pada saat intifadhah pertama, pahlawan kita ini telah terlibat langsung dalam kecamuknya perlawanan, dia ditangkap dan ditahan dalam penjara imperialis Israel. Atas aksi yang dilakukan, dia harus mendekam di penjara imperialis Israel di Namblus selama 6 bulan. Salah satu kakinya tertembak dalam sebuah aksi dan memaksanya istirahat selama beberapa bulan sebelum kemudian kembali ke medan jihad lagi.

Meskipun dia keluar dari studi lebih awal, namun kemahiran dan kreatifitasnnya di bidang mekanik diketahui oleh siapapun yang mengenalnya. Berbagai hasil karya keluar dari kejeniusannya, misalnya :

1.    Membuat molen semen dan mesin (listrik) katrol dengan menggunakan bahan-bahan lokal serta desain tangan.

2.    Bersama insinyur dari universitas Beirzeit Palestina berhasil menciptakan alat pengubah kecepatan mobil. Melesatkan kecepatan mobil dari nol ke 100 km perjam, hal ini menambah popularitas pemuda Palestina ini di tingkat kota. Dan sebuah perusahaan mobil Jerman, Mecedes membeli hasil inovasi ini dan hak patennya.

Dalam aksi intifadhah sekarang ini, intifadhah Al Aqsha, beliau memusatkan seluruh perhatiannya, pemikiran, waktu, jiwa dan hartanya demi dakwah dan rakyatnya, dengan bergabung dalam Brigade (Brigade) Izzuddin Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas. Menjadi arsitek utama pembuatan bom dan geranat tangan yang banyak menimbulkan korban di pihak Israel, terutama dalam perang Jenin, setelah menanam bom di jalan-jalan dan gang-gang kamp pengungsi Jenin untuk menahan masuknya tank-tank militer Israel dan pasukan artileri imperialis Israel memasuki kamp Jenin. Bersama para kader Brigade Al Qassam, beliau sulap rumahnya – yang tempo hari sebagai tempat hidup berkeluarga bersama istrinya – menjadi industri senjata; sebagai bungker senjata di mana para mujahidin mengambil bom hasil buatannya yang dibantu oleh adik sekaligus rekan jihadnya, Muhammad El Fayed, yang menyusul syahid kemudian.

Meskipun Asy Syahid Amjad El Fayed tidak memiliki ijasah sarjana tehnik kecuali dari pimpinan Brigade Al Qassam, petugas investigasi imperialis Israel yang berhasil mengorek keterangan dari saudara-saudaranya, dan itu dilakukan berkali-kali, untuk mengumpulkan informasi tentang dirinya, tidak percaya kalau mujahid Palestina ini tidak menyelesaikan studinya. Bahkan, interogasi dan penyiksaan yang dialami justru terfokus untuk mengetahui di mana dan dari mana dia belajar. Setelah bom-bom buatan Asy Syahid El Fayed membawa banyak korban dan kerugian besar di pihak militer Israel, sekalipun aktivitas yang dilakukan sangat rahasia, namun mata-mata Israel yang terus mengintai gerak-gerik Asy Syahid dan rekannya berhasil menunjukan tempat salah seorang arsitek pembuatan bom Brigade Al Qassam. Militer Israel kemudian meledakan rumah tingkat tiga tersebut, di saat seluruh pemuda Palestina berada di gang-gang dan jalan-jalan kamp pengungsi mengadapi serangan gencar Israel, dan sekejap saja berubah rata dengan tanah.

Walaupun  demikian, hal itu tidak menghilangkan tekad Asy Syahid dan para mujahidin Palestina lainnya, yang telah memberikan  pelajaran mengerikan ke dada serdadu-serdadu imperialis Israel.  Mereka (orang-orang Israel) akan selalu ingat kerugian nyata yang mereka derita berupa nyawa dan materi, akibat kegagalan militer Israel menyerbu masuk kamp pengungsi Jenin. Meskipun mereka menggunakan tank-tank, pesawat tempur, konvoi pasukan terlatih, tapi pada akhirnya, mereka harus melakukan kejahatan dan pembantaian biadab dengan meluluhlantakkan rumah-rumah di atas kepala warga dan para mujahidin yang berlindung di bawahnya dengan membombardir rumah-rumah tersebut dari udara. Hari itu juga, seorang pejuang dan arsitek Brigade Al Qassam mengakhiri hidupnya di bawah reruntuhan salah satu rumah yang dihancurleburkan pesawat-pesawat Israel. Pada hari Sabtu, 20 April 2002 jasad mujahid Amjad El Fayed ditemukan keluargannya menegadah ke atas di antara puing-puing bangunan sebagai syahid; seorang insinyur Brigade Al Qassam yang menyusul para syuhada' yang telah mendahuluinya, menyinari siapa saja yang akan menyusul menapak jejak langkah para syuhada', untuk menegaskan bahwa perlawanan adalah pilihan dan solusi satu-satunya, untuk mengembalikan setiap jengkal tanah Palestina yang terampas. Sampai jumpa, wahai saudara kami Amjad … bersama para nabi dan syuhada', mereka itulah sebaik-baik teman.

Semoga Allah merahmatimu wahai saudara kami tercinta; semoga Allah memasukanmu dalam surga-Nya dan memasangkan mahkota kewibawaan buat kedua orang tuamu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar